Minggu, 18 Mei 2014

makalah kimia klinik analis kesehatan binahusada kendari siklus krabs



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Siklus Krebs adalah tahapan selanjutnya dari respirasi seluler. Siklus Krebs adalah reaksi antara asetil ko-A dengan asam oksaloasetat, yang kemudian membentuk asam sitrat. Siklus Krebs disebut juga dengan siklus asam sitrat, karena menggambarkan langkah pertama dari siklus tersebut, yaitu penyatuan asetil ko-A dengan asam oksaloasetat untuk membentuk asam sitrat.
Pertama-tama, asetil ko-A hasil dari reaksi antara (dekarboksilasi oksidatif) masuk ke dalam siklus dan bergabung dengan asam oksaloasetat membentuk asam sitrat. Setelah “mengantar” asetil masuk ke dalam siklus Krebs, ko-A memisahkan diri dari asetil dan keluar dari siklus. Kemudian, asam sitrat mengalami pengurangan dan penambahan satu molekul air sehingga terbentuk asam isositrat. Lalu, asam isositrat mengalami oksidasi dengan melepas ion H+, yang kemudian mereduksi NAD+ menjadi NADH, dan melepaskan satu molekul CO2 dan membentuk asam a-ketoglutarat (baca: asam alpha ketoglutarat). Setelah itu, asam a-ketoglutarat kembali melepaskan satu molekul CO2, dan teroksidasi dengan melepaskan satu ion H+ yang kembali mereduksi NAD+ menjadi NADH. Selain itu, asam a-ketoglutarat mendapatkan tambahan satu ko-A dan membentuk suksinil ko-A. Setelah terbentuk suksinil ko-A, molekul ko-A kembali meninggalkan siklus, sehingga terbentuk asam suksinat. Pelepasan ko-A dan perubahan suksinil ko-A menjadi asam suksinat menghasilkan cukup energi untuk menggabungkan satu molekul ADP dan satu gugus fosfat anorganik menjadi satu molekul ATP. Kemudian, asam suksinat mengalami oksidasi dan melepaskan dua ion H+, yang kemudian diterima oleh FAD dan membentuk FADH2, dan terbentuklah asam fumarat. Satu molekul air kemudian ditambahkan ke asam fumarat dan menyebabkan perubahan susunan (ikatan) substrat pada asam fumarat, karena itu asam fumarat berubah menjadi asam malat. Terakhir, asam malat mengalami oksidasi dan kembali melepaskan satu ion H+, yang kemudian diterima oleh NAD+ dan membentuk NADH, dan asam oksaloasetat kembali terbentuk. Asam oksaloasetat ini kemudian akan kembali mengikat asetil ko-A dan kembali menjalani siklus Krebs.
Dari siklus Krebs ini, dari setiap molekul glukosa akan dihasilkan 2 ATP, 6 NADH, 2 FADH2, dan 4 CO2. Selanjutnya, molekul NADH dan FADH2 yang terbentuk akan menjalani rangkaian terakhir respirasi aerob, yaitu rantai transpor elektron.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang di maksut dengan siklus krabs?
2.      Apa fungsi dari siklus krabs?
3.      Bagaimana daur siklus krabs?
1.3. TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk mengetahui pengertian dari siklus krabs
2.      Untuk mengetahui apa saja fungsi dari siklus krabs
3.      Untuk mengetahui daur siklus krabs
1.4. MANFAAT PENULISAN
1.      Dapat menjelaskan pengertian dari siklus krabs
2.      Dapat mengetahui dan memahami fungsi dari siklus krabs
3.      Dapat memahami dan menjelaskan daur siklus krabs




BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN SIKLUS KRABS
Siklus krabs Adalah satu seri reaksi yang terjadi di dalam mitokondria yang membawa katabolisme residu asetyl, membebaskan ekuivalen hidrogen, yang dengan oksidasi menyebabkan pelepasan dan penangkapan ATP sebagai kebutuhan energi jaringan.
Residu asetyl dalam bentuk asetyl-KoA (CH3-CO-S-CoA, asetat aktif)
2.2. FUNGSI SIKLUS KRABS
Fungsi
  • Menghasilkan sebagian besar CO2
  • Metabolisme lain yang menghasilkan CO2 misalnya jalur pentosa phospat atau P3 (pentosa phospat pathway) atau kalau di harper heksosa monofosfat.
  • Sumber enzym-enzym tereduksi yang mendorong RR ( Rantai Respirasi)
  • Merupakan alat agar tenaga yang berlebihan dapat digunakan untuk sintesis lemak sebelum pembentukan TG untuk penimbunan lemak
  • Menyediakan prekursor-prekursor penting untuk sub-sub unit yang diperlukan dalam sintesis berbagai molekul
  • Menyediakan mekanisme pengendalian langsung atau tidak langsung untuk lain-lain sistem enzym



2.3. DAUR SIKLUS KRABS


Sebelum masuk ke siklus krebs, molekul asam piruvat hasil dari reaksi glikolisis, terlebih dahulu diubah menjadi asetil Ko-A dengan bantuan enzim Pyruvat Dehidrogenase. Nah, selama proses itu berlangsung, terjadi pelepasan CO2 dan 1 atom H serta penambahan molekul Ko-A. Atom H yang lepas tadi kemudian akan ditangkap oleh NAD+ sehingga menghasillkan NADH. Teruuus baru deeh asetil Ko-A yang terbentuk dari pengubahan asam piruvat tadi masuk ke dalam siklus krebs.
  • Asetil dilepaskan dari Asetil-CoA lalu bergabung dengan oksaloasetat sehingga terbentuk sitrat dengan penambahan air. Proses pembentukan sitrat ini dikatalisasi oleh enzim citrate synthase.
  • Sitrat kemudian diubah menjadi isositrat dengan bantuan enzim acotinase.
  • Kemudian isositrat akan diubah menjadi alfa-ketoglutarat dengan melepaskan satu molekul CO2 dan satu atom H. Atom H yang dilepaskan akan ditangkap oleh NAD+ untuk membentuk NADH. Proses tersebut dikatalisasi oleh enzim isocitrate dehydrogenase.
  • Alfa-ketoglutarat kemudian diubah menjadi suksinil-CoA dengan melepaskan satu molekul CO2 dan satu atom H serta menempelkan satu molekul CoA. Atom H akan ditangkap oleh NAD+ untuk membentuk NADH. Enzim yang berperan adalah alpha-ketoglutarate dehydrogenase.
  • Suksinil-CoA lalu diubah menjadi suksinat oleh enzim Succinyl-CoA synthetase. Pada proses ini molekul CoA akan dilepaskan, selain itu terdapat satu atom P yang ikut dalam reaksi dan kemudian akan ditangkap oleh ADP untuk membentuk ATP.
  • Langkah selanjutnya adalah perubahan suksinat menjadi Fumarat oleh enzim succinate dehydrogenase. Dua atom H akan dilepaskan dan ditangkap oleh FAD+ untuk membentuk FADH2.
  • Fumarat lalu diubah menjadi malat oleh fumarase dengan penambahan air.
  • Malat kemudian akan diubah kembali menjadi oksaloasetat oleh enzim malate dehydrogenase. Satu atom H dilepaskan pada proses tersebut dan ditangkap oleh NAD+ untuk membentuk NADH.
Hasil akhir dari siklus Krebs saja dari 1 molekul piruvat adalah 3 molekul NADH, 1 molekul FADH2, dan 1 molekul ATP. Namun kalau ditambah NADH yang dihasilkan pada perubahan piruvat menjadi asetil-CoA, maka total NADH yang dihasilkan adalah 4 molekul. NADH dan FADH2 yang terbentuk selama proses siklus krebs ini kemudian akan memasuki tahapan transpor elektron untuk diubah menjadi ATP.




BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Siklus asam sitrat (bahasa Inggris: citric acid cycle, tricarboxylic acid cycle, TCA cycle, Krebs cycle, Szent-Györgyi-Krebs cycle) adalah sederetan jenjang reaksi metabolisme pernapasan selular yang terpacu enzim yang terjadi setelah proses glikolisis, dan bersama-sama merupakan pusat dari sekitar 500 reaksi metabolisme yang terjadi di dalam sel. Lintasan katabolisme akan menuju pada lintasan ini dengan membawa molekul kecil untuk diiris guna menghasilkan energi, sedangkan lintasan anabolisme merupakan lintasan yang bercabang keluar dari lintasan ini dengan penyediaan substrat senyawa karbon untuk keperluan biosintesis.



DAFTAR PUSTAKA

·  (Inggris)Bruce Alberts, Alexander Johnson, Julian Lewis, Martin Raff, Keith Roberts, and Peter Walter (2002). Molecular Biology of the Cell - How Cells Obtain Energy from Food (ed. 4). Garland Science. ISBN 0-8153-3218-1. Diakses 2013-12-20
·  ^ (Inggris)Bruce Alberts, Alexander Johnson, Julian Lewis, Martin Raff, Keith Roberts, and Peter Walter (2002). Molecular Biology of the Cell - How Cells Obtain Energy from Food : Fig. 2-88. Glycolysis and the citric acid cycle are at the center of metabolism (ed. 4). Garland Science. ISBN 0-8153-3218-1. Diakses 2013-12-20
·  ^ (Inggris)Bruce Alberts, Alexander Johnson, Julian Lewis, Martin Raff, Keith Roberts, and Peter Walter (2002). Molecular Biology of the Cell - Fig. 2-87. Glycolysis and the citric acid cycle provide the precursors needed to synthesize many important biological molecules. (ed. 4). Garland Science. ISBN 0-8153-3218-1. Diakses 2013-12-20

Minggu, 11 Mei 2014

makalah ureum dan kreatinin


BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar belakang
 BUN adalah produk akhir dari metabolisme protein, dibuat oleh hati, sampai pada ginjal tidak mengalami perubahan molekul. Pada orang normal ureum diekskresikan melalui urine. Konsentrasi nitrogen / urea dalam darah bukan untuk mengukur fungsi glomerulus yang ideal, karena peningkatannya dalam darah dipengaruhi oleh banyak faktor diluar ginjal.
 Ureum merupakan senyawa ammonia berasal dari metabolisme asam amino yang diubah oleh hati menjadi ureum. Ureum bermolekul kecil mudah berdifusi ke cairan ekstra sel, dipekatkan dan diekskresikan melalui urine lebih kurang 25 gr/hari.
Ureum normal 10 – 50 mg/dl.
Peningkatan ureum dalam darah (uremia) terjadi karena :
  1. Faktor prerenal
1.      shock
2.      penurunan darah ke ginjal
3.      perdarahan
4.      dehidrasi
5.      peninigkatan katabolisme protein pada hemolisis
6.      luka bakar, demam tinggi dan trauma
  1. Faktor renal
1.      gagal ginjal akut
2.      Glomerulo nefritis
3.      Hiprtensi maligna
4.      nekrosis kortek ginjal
5.      Obat – obat nefrotoksik
c.       faktor post renal :
1.      Obstruksi ureter oleh batu
2.      penyempitan atau penyumbatan uretera oleh karena prostate hipertropi, striktura dll.
(Sutedjo,2007 : 81-82 )

Ureum adalah suatu zat yang merupakan sisa metabolisme protein. Ureum bersifat racun dalam tubuh, pengeluarannya dari tubuh melalui ginjal berupa air seni (urine). Bila ginjal rusak atau kurang baik fungsinya maka kadar ureum akan meningkat dan meracuni sel-sel tubuh. Keadaan tersebut disebut uremia.
Setiap hari manusia menukar atau menggunakan 1 – 2 % dari total protein tubuh. Khususnya protein otot dan asam amino yang dibebaskan 75 – 80% digunakan kembali untuk sintesis protein yang baru. Nitrogen pada 20-25% dari asam amino sisanya membentuk ureum. Kerangka karbon kemudian diuraikan menjadi hermerdiat antibiotic masing – masing diuraikan dengan laju yang sangat yang berbeda-beda dan bervariasi mengikuti responya terhadap kebutuhan psikolog.
Formal urea kinetic modeling=Model kinetik ureum (MKU) merupakan cara yang paling baik dan lengkap untuk menilai AHD. MKU adalah tehnis matematika untuk mensimulasikan kinetik ureum pada penderita HD dengan menghitung semua faktor yang mempengaruhi pemasukan, pengeluaran dan metabolisme urea. Faktor ini meliputi volume distribusi urea, urea generation rate, klirens dializer (Kd), dializer ultrafiltration rate, jadwal dan lama HD, residual klirensi urea, resistensi terhadap metabolisme ureum. Dalam pengukurannya memerlukan:
a. Pemeriksaan Blood urea-nitrogen (BUN) sebelum HD dan sesudah HD dari HD pertama, pemeriksaan BUN sebelum HD dari HD kedua dari jadwal HD 3 kali seminggu.
b. Berat badan sebelum HD dan sesudah HD dari HD pertama.
c. Lama HD sebenarnya dari HD pertama.
d. Klirens efektif dari dializer (bukan klirens in-vitro dari tabel).
Pengambilan sample darah untuk pemeriksaan BUN merupakan hal yang sangat menentukan hasil yang didapatkan. Ketepatan waktu pengambilan merupakan hal yang sangat kritis.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi urea-nitrogen plasma sebelum dialisis seperti antara lain :
Hasil urea-nitrogen plasma lebih tinggi dari yang diharapkan.
a. Peningkatan masukan protein.
b. Hiperkatabolisme (infeksi).
c. Perdarahan gastrointestinal.
d. Fungsi renal residual menurun.
e. Efisiensi hemodialisis menurun.
- Resirkulasi.
- Kehilangan klearensi pada pemakaian ulang dialiser
Hasil urea-nitrogen plasma lebih rendah dari yang diharapkan.
a. Penurunan pemasukan protein
- Kelelahan.
- Ekonomi.
- Disengaja.
b. Fungsi ginjalk residu meningkat.
c. Efisiensi hemodialisis meningkat.
d. Penyakit hati
            Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin.

Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot.
Pemeriksaan ureumdan kreatinin dipakai sebagai parameter tes fungsi faal ginjal. Ureum merupakan senyawa kimia yang menandakan fungsi ginjal masih normal. Oleh karena itu, tes ureum selalu digunakan untuk melihat fungsi ginjal kepada pasien yang diduga mengalami gangguan pada organ ginjal.
  
1.2  Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang
    1. pengertian ureum dan kreatinin
    2. proses pemeriksaan ureum dan kreatinin dalam darah
    3. tinjauan klinis

1.3    Rumusan masalah
  1. pengertian ureum dan kreatinin
  2. Proses pemeriksaan laboratorium yang meliputi :
Ø  Pra – Analitik
Ø  Analitik
Ø  Pasca Analitik
  1. Tinjauan klinis

BAB II
PEMBAHASAN

1.1   pengertian ureum
Ureum adalah suatu zat yang merupakan sisa metabolisme protein melalui pertukaran protein yaitu penguraian dan resisten semua protein sel yang berlangsung terus menerus. Hal ini merupakan proses psikolog yang penting dalam semua bentuk kehidupan meskipun proses pertukaran tersebut melibatkan baik sintesis, maupun penguraian protein.
Hampir seluruh ureum dibentuk di dalam hati, dari metabolisme protein (asam amino). Urea berdifusi bebas masuk ke dalam cairan intra sel dan ekstrasel. Zat ini dipekatkan dalam urin untuk diekskresikan. Pada keseimbangan nitrogen yang stabil, sekitar 25 gram urea diekskresikan setiap hari. Kadar dalam darah mencerminkan keseimbangan antara produksi dan ekskresi urea.

Ureum berasal dari penguraian protein, terutama yang berasal dari makanan. Pada orang sehat yang makanannya banyak mengandung protein, ureum biasanya berada di atas rentang normal. Kadar rendah biasanya tidak dianggap abnormal karena mencerminkan rendahnya protein dalam makanan atau ekspansi volume plasma. Namun, bila kadarnya sangat rendah bisa mengindikasikan penyakit hati berat. Kadar urea bertambah dengan bertambahnya usia, juga walaupun tanpa penyakit ginjal

1.2  Proses pemeriksaan ureum
v  Tahap Pra-Analitik
Pada tahap ini mencakup persiapan pasien, sample, reagen yang akan digunakan terlebih dahulu diperiksa, dan alat yang akan dipakai.
1.      persiapan pasien  : tidak ada persiapan khusus
2.      persiapan sample :darah sebanyak 2 cc yang ditampung dalam tabung sentripuge yang kemudian di sentripuge selama 5 menit.
3.      Persiapan Reagen berupa larutan kerja dan standar terlebih dahulu diperiksa tanggal kadaluarsa reagen tersebut.
4.      Persiapan alat berupa spektrofometer yang harus dipanaskan terlebih dahulu.



v  Tahap analitik
Tahap analitik ini mencakup prosedur kerja
1.      prinsip kerja
ureum merupakan proses hidrolisa ditandai dengan adanya air dan uriase dalam memproduksi ammonia dan karbondioksida.unsur amoniak bereaksi dengan hipokrolit dan salisilat dalam memberi larutan berwarna hijau.

2.      Alat dan bahan
a.             Alat
-                      tabung reaksi
-                      tabung sentrifuge
-                      sentrifuge
-                      clinikpett
-                      rak tabung
-                      spektrofotometer sinotik
-                      tips biru dan kuning
b.            Bahan
-                      sample darah
-                      larutan standar
-                      larutan blangko



3.      Prosedur kerja

Dipipet
Blanko
Standar
Sampel
Larutan Kerja
Larutan standar
Sampel
H2O
-
-
-
1000 ul
1000 ul
10 ul
-
-
1000 ul
-
10 ul
-

Dicampur dan langsung dibaca pada ג 340 nm
v  Tahap paska analitik
Pada tahap pasca analitik ini mencakup pembacaan hasil, dan pencatatan hasil
1.            pembacaan hasil
2.            Nilai normal
Nilai normal atau batas rujukan untuk pemeriksaan ureum adalah 10 – 50 mg/dl

              Tinjauan Klnis
Adapun tinjauan klinis dari ureum adalah :
1.      Uremia
Ureum bersifat racun dalam tubuh, pengeluarannya dari tubuh melalui ginjal berupa air seni. Bila ginjal rusak atau kurang baik fungsinya maka kadar ureum akan meningkat dan meracuni sel-sel tubuh. Keadaan tersebut disebut uremia.
2.      Gagal ginjal Kronik
Gangguan ginjal yang kronik akan menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus (fungsi penyaringan ginjal) sehingga ureum, kreatinin, dan asam urat yang seharusnya disaring oleh ginjal untuk kemudian dibuang melalui air seni menurun, akibatnya zat-zat tersebut akan meningkat di dalam darah. 
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun. Pada gagal ginjal kronik fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein yang normalnya diekskresikan ke dalam urin tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap system tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin berat. Penurunan jumlah glomeruli yang menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal.

1.3        Pengertian kreatinin
Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin.
Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot.

1.4  Proses pemeriksaan kreatinin
v  Tahap Pra-Analitik
Pada tahap ini mencakup persiapan pasien, sample, reagen yang akan digunakan terlebih dahulu diperiksa, dan alat yang akan dipakai.
1.      persiapan pasien  : tidak ada persiapan khusus
2.      persiapan sample :darah sebanyak 2 cc yang ditampung dalam tabung sentripuge yang kemudian di sentripuge selama 5 menit.
3.      Persiapan Reagen berupa larutan kerja dan standar terlebih dahulu diperiksa tanggal kadaluarsa reagen tersebut.
4.      Persiapan alat berupa spektrofometer yang harus dipanaskan terlebih dahulu.

v  Tahap analitik
Tahap analitik ini mencakup prosedur kerja

4.      Alat dan bahan
c.             Alat
-                      tabung reaksi
-                      tabung sentrifuge
-                      sentrifuge
-                      clinikpett
-                      rak tabung
-                      spektrofotometer sinotik
-                      tips biru dan kuning
d.            Bahan
-                      sample darah
-                      larutan standar
-                      larutan blangko

5.      Prosedur kerja

Dipipet
Blanko
Standar
Sampel
Larutan Kerja
Larutan standar
Sampel
H2O
-
-
-
1000 ul
1000 ul
10 ul
-
-
1000 ul
-
10 ul
-

Dicampur dan langsung dibaca di spektrofotometer pada ג 340 nm


v  Tahap paska analitik
Pada tahap pasca analitik ini mencakup pembacaan hasil, dan pencatatan hasil
3.            pembacaan hasil
4.            Nilai normal
DEWASA : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl. Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl. (Wanita sedikit lebih rendah karena massa otot yang lebih rendah daripada pria).

ANAK : Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl. Bayi : 0,7-1,4 mg/dl. Anak (2-6 tahun) : 0,3-0,6 mg/dl. Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl. Kadar agak meningkat seiring dengan bertambahnya usia, akibat pertambahan massa otot.

LANSIA : Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan penurunan produksi kreatinin.

Masalah Klinis

            Kreatinin darah meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu kreatinin dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit ginjal dibandingkan uji dengan kadar nitrogen urea darah (BUN) Sedikit peningkatan kadar BUN dapat menandakan terjadinya hipovolemia (kekurangan volume cairan); namun kadar kreatinin sebesar 2,5 mg/dl dapat menjadi indikasi kerusakan ginjal. Kreatinin serum sangat berguna untuk mengevaluasi fungsi glomerulus.

            Keadaan yang berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin adalah : gagal ginjal akut dan kronis, nekrosis tubular akut, glomerulonefritis, nefropati diabetik, pielonefritis, eklampsia, pre-eklampsia, hipertensi esensial, dehidrasi, penurunan aliran darah ke ginjal (syok berkepanjangan, gagal jantung kongestif), rhabdomiolisis, lupus nefritis, kanker (usus, kandung kemih, testis, uterus, prostat), leukemia, penyakit Hodgkin, diet tinggi protein (mis. daging sapi [kadar tinggi], unggas, dan ikan [efek minimal]).

            Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin adalah : Amfoterisin B, sefalosporin (sefazolin, sefalotin), aminoglikosid (gentamisin), kanamisin, metisilin, simetidin, asam askorbat, obat kemoterapi sisplatin, trimetoprim, barbiturat, litium karbonat, mitramisin, metildopa, triamteren.Penurunan kadar kreatinin dapat dijumpai pada : distrofi otot (tahap akhir), myasthenia gravis.

            Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan kreatinin dan BUN hampir selalu disatukan (dengan darah yang sama). Kadar kreatinin dan BUN sering diperbandingkan. Rasio BUN/kreatinin biasanya berada pada kisaran 12-20. Jika kadar BUN meningkat dan kreatinin serum tetap normal, kemungkinan terjadi uremia non-renal (prarenal); dan jika keduanya meningkat, dicurigai terjadi kerusakan ginjal (peningkatan BUN lebih pesat daripada kreatinin). Pada dialisis atau transplantasi ginjal yang berhasil, urea turun lebih cepat daripada kreatinin. Pada gangguan ginjal jangka panjang yang parah, kadar urea terus meningkat, sedangkan kadar kreatinin cenderung mendatar, mungkin akibat akskresi melalui saluran cerna

            Rasio BUN/kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin normal dijumpai pada uremia prarenal, diet tinggi protein, perdarahan saluran cerna, keadaan katabolik. Rasio BUN/kreatinin tinggi (>20) dengan kreatinin tinggi dijumpai pada azotemia prarenal dengan penyakit ginjal, gagal ginjal, azotemia pascarenal.




Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium
·   Obat tertentu (lihat pengaruh obat) yang dapat meningkatkan kadar kreatinin serum.
·   Kehamilan
·   Aktivitas fisik yang berlebihan
·   Konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi temuan laboratorium.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

J  Ureum adalah suatu zat yang merupakan sisa metabolisme protein
J  Ureum bersifat racun dalam tubuh, pengeluarannya dari tubuh melalui ginjal. Bila ginjal rusak atau kurang baik fungsinya maka kadar ureum dalam darah meningkat dan meracuni tubuh. Keadaaan ini disebut uremia
J  Proses pemeriksaan ureum dilaboratorim meliputi
§  Tahap pra analitik
§  Analitik
§  Pasca analitik

J  Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi.
J  Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek.


3.2 Saran
Saran yang dapat kami sampaikan adalah dalam proses pemeriksaan ureum dan kreatinin dilaboratorim diperlukan ketelitian dan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan pemeriksaan tersebut.






KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah berkenan memberi petunjuk dan kekuatan sehingga makalah yang kami susun ini dapat terselesaikan dengan baik walaupun dalam bentuk yang sederhana.
Dalam menyusun makalah ini, kami banyak mengalami hambatan dan kesulitan, namun atas keteguhan dan kesabaran serta bantuan dari berbagai pihak, sehingga hambatan dan kesulitan tersebut dapat diatasi.
Penyusun menyadari bahwa makalah yang kami susun masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan dan mudah – mudahan makalah yang kami susun ini bermanfaat bagi para pembaca

Kendari, 2 MEI 2014




PENULIS




Makalah Kimia Klinik -11

U R E U M DAN KREATININ










OLEH KELOMPOK 5

HERIANTO
HELNI
IRFAN SAPUTRA
ISMAWATI MARWAN
IRMAYANTI




AKADEMIK ANALIS KESEHATAN BINAHUSADA
KENDARI
2014